Pojok Hukum

Peraturan-Peraturan terkait Pembebasan Lahan bagi yang terkena dampak untuk pembangunan kepentingan umum (Land Acquisition)

Hata Geronimo Biegmansyah,S.H.

4/15/20249 min read

Pembukaan

Peraturan-peraturan terkait Pembebasan Lahan yang terkena dampak untuk pembangunan kepentingan umum (Land Acquisition)

Di dalam kehidupan kita membutuhkan sebuah pembangunan yang adil dan merata. Untuk mewujudkan Sila kelima Pancasila yaitu “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”, tentu saja harus ditunjang dengan infrastruktur yang menunjang atas kehidupan yang semakin berkembang sesuai dengan perubahan Zaman. Pembebasan tanah untuk pembangunan kepentingan umum merupakan bagian dari pengembangan kota dan pembangunan strategis nasional, yang mencakup proyek-proyek strategis seperti pembangunan jalan tol, jembatan, dan lain-lain.

Dasar Kepemilikan Tanah

Ketika kita membeli sebidang tanah tentu saja tanah tersebut harus memiliki legalitas yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan terdapat beberapa jenis hak atas tanah sesuai yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria dan peraturan turunannya. Berikut adalah beberapa jenis hak atas tanah yang umum dikenal:

Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud ialah hak milik, hak guna-usaha (HGU), hak guna-bangunan (HGB), hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut-hasil hutan, hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.

Lantas bagaimana dengan Sporadik atau Girik apakah ini termasuk kedalam Hak atas tanah?

Sporadik dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun dan Pendaftaran Tanah bahwa sporadik merupakan bukti kepemilikan begitu juga dengan Girik, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Girik merupakan dokumen Kepemilikan lama artinya disini dua hal ini merupakan Dokumen Kepemilikan yang dapat di konversi sesuai dengan Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.

Masyarakat harus mengetahui mengenai kekuatan masing-masing Alas Hak yang mereka kuasai sehingga tidak terjadinya sengketa pertanahan. Terlebih lagi yang terjadi pada kasus Mafia Tanah yang marak terjadi di Indonesia.

Kembali ke awal yaitu Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum yaitu Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 adalah menjadi sebuah pondasi peraturan pada pemberlakuan penyelesaian permasalahan Pembebasan Tanah yang terkena dampak Pembangunan yaitu Pasal 18 Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agrariamerupakan Pondasi Asas hukum positif yang tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang diyakini oleh masyarakat Indonesia.

oleh : Hata Geronimo Biegmansyah,S.H.

Foto Unsplash.com karya marosah-sunnah
Foto Unsplash.com karya marosah-sunnah

Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum

Pembebasan tanah untuk pembangunan kepentingan umum adalah proses yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengambil tanah dari pemilik atau pengguna tanah untuk dipergunakan dalam proyek pembangunan yang dianggap berharga bagi masyarakat. Pembebasan tanah ini dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (UU No. 2 Tahun 2012)

Pembebasan tanah untuk Pembangunan kepentingan umum merupakan sebuah proses yang kompleks dan sering kali kontroversial. Di satu sisi, ini adalah langkah yang diperlukan untuk proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang penting bagi kemajuan suatu negara. Namun, di sisi lain, proses ini sering kali melibatkan pengorbanan hak milik individu dan masyarakat, yang sering kali menimbulkan perdebatan tentang keadilan dan hak asasi manusia.

Pembebasan lahan untuk pembangunan kepentingan umum adalah proses yang kompleks dan sering kali menjadi bahan perdebatan di banyak negara. Di balik upaya memajukan infrastruktur dan pelayanan publik, terdapat aturan yang mengatur bagaimana pembebasan lahan tersebut dilakukan. Dalam halaman ini, kita akan menyoroti aturan-aturan tersebut, sekaligus membahas implikasi dan kontroversinya.

Aturan yang mengatur pembebasan lahan tidak hanya mengikat bagi pemerintah, tetapi juga melindungi hak-hak individu dan kelompok masyarakat. Dalam peraturan Pembebasan lahan untuk pembangunan kepentingan umum berlaku Azas “Lex Spesialis Derogat Lex Generalis” yaitu Peraturan yang bersifat Khusus (Lex Spesialis) mengesampingkan peraturan yang bersifat umum (Lex Generalis) serta berlaku juga Azas “Lex Posterior derogate lex priori” yaitu Peraturan yang baru mengesampingkan peraturan yang lama. Dengan adanya kejelasan pada aturan, diharapkan proses pembebasan lahan dapat dilakukan secara transparan, adil, dan berkeadilan. Ini juga dapat mengurangi potensi penyalahgunaan kekuasaan serta memastikan bahwa kompensasi yang diberikan kepada pemilik lahan sesuai dengan nilai sebenarnya. Aturan-aturan tersebut meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum :

Setiap negara memiliki Undang-Undang yang mengatur kepemilikan tanah dan proses pembebasan lahan. Seperti yang disebutkan diawal, Undang-undang ini menetapkan kewenangan dan prosedur yang harus diikuti oleh Pemerintah atau entitas yang melakukan pembebasan Tanah atau disebut juga “Pihak yang membutuhkan lahan”. Menurut Mudakir Iskandarsyah, S.H.,M.H. dalam bukunya Pembebasan Tanah untuk pembangunan Kepentingan Umum Upaya Hukum Masyarakat yang Terkena Pembebasan dan Pencabutan Hak berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Pasal 1 angka 2 Pengadadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.

2. Perpres 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum :

Aturan ini mencakup langkah-langkah yang harus diikuti dalam melakukan pembebasan lahan, mulai dari pengumuman publik, penilaian nilai tanah, hingga proses penyelesaian ganti rugi kepada pemilik lahan. Menurut Mudakir Iskandarsyah, S.H.,M.H. dalam bukunya Pembebasan Tanah untuk pembangunan Kepentingan Umum Upaya Hukum Masyarakat yang Terkena Pembebasan dan Pencabutan Hak disebutkan dalam Pasal 1 angka 2 Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada Pihak yang berhak.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2023 Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum Juncto Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk Kepentingan Umum :

Aturan ini merupakan aturan yang baru berlaku sebagai Lex Posterior yaitu Peraturan yang baru mengenai Peraturan Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Mengapa memakai kata Juncto didalam aturan tersebut karena ada beberapa aturan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2023 bersifat hanya menggantikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2021, artinya beberapa aturan-aturan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2021 masih berlaku.

4. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 19 Tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah :

Beberapa aturan menetapkan kewajiban untuk melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan terkait pembebasan tanah. Aturan Ini adalah sebagai petunjuk teknis mengenai prosedur Normatif yang harus dipegang oleh Badan Pertanahan Nasional sebagai Tim Panitia Pengadaan Tanah.

5. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor. 3 Tahun 2016 Juncto Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Dan Penitipan Ganti Kerugian Ke Pengadilan Negeri Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum :

Ketika mempunyai permasalahan mengenai Pengajuan Keberatan Dan Penitipan Ganti Kerugian Ke Pengadilan Negeri Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum kita membutuhkan dasar Hukum mengenai tata cara pengajuan Permohonan di Pengadilan serta Proses Peradilan cepat sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung tersebut. Proses Peradilan berbeda dengan Proses Sidang Perdata Umum. Pada Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Dan Penitipan Ganti Kerugian Ke Pengadilan Negeri Pasal 13 ayat (1) yaitu “Pengadilan wajib memutus Keberatan mengenai bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak perkara diregister di kepaniteraan Pengadilan” artinya pada proses persidangan sidang dilakukan dalam jangka waktu 30 hari dan aturan ini menjadi pedoman pelaksanaan Majelis Hakim untuk melaksanakan Proses Persidangan secara singkat tersebut.

Aturan- aturan yang mengatur Pembebasan Lahan Untuk Pembangunan Kepentingan Umum

Pembebasan Tanah untuk pembangunan kepentingan umum telah menjadi topik yang terus menarik perhatian di berbagai negara di seluruh dunia. Hal ini terutama karena proses pembebasan tanah seringkali melibatkan pertentangan antara kepentingan publik dan kepentingan individu atau kelompok tertentu. Dalam hal ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek terkait pembebasan tanah untuk pembangunan kepentingan umum, mulai dari tujuan dan manfaatnya hingga tantangan dan kontroversi yang sering muncul dalam pelaksanaannya.

Pembebasan sebuah lahan untuk pembangunan kepentingan umum merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau entitas yang berwenang untuk mengambil alih sebidang tanah dari pemiliknya demi kepentingan yang dianggap lebih besar bagi masyarakat secara keseluruhan. Tujuan utama dari pembebasan tanah ini adalah untuk memungkinkan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur atau pembangunan lainnya yang dianggap penting untuk kesejahteraan umum, seperti pembangunan jalan raya, jembatan, bandara, atau proyek-proyek publik lainnya.

Salah satu manfaat utama dari pembebasan tanah untuk pembangunan kepentingan umum adalah terciptanya kemajuan infrastruktur yang dapat meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas masyarakat terhadap berbagai layanan dan peluang. Misalnya, pembangunan jalan raya baru dapat mempersingkat waktu perjalanan, mengurangi kemacetan lalu lintas, dan membuka akses ke wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah yang terkena dampak.

Namun, meskipun pembebasan tanah untuk pembangunan kepentingan umum memiliki banyak manfaat, pelaksanaannya sering kali menimbulkan berbagai tantangan dan kontroversi. Salah satu masalah utama yang sering muncul adalah konflik kepentingan antara pemerintah atau pengembang proyek dengan pemilik lahan atau masyarakat lokal yang terkena dampak langsung. Pemilik lahan sering kali merasa bahwa kompensasi yang mereka terima tidak sebanding dengan nilai sebenarnya (permasalahan sanggah harga), sementara masyarakat lokal mungkin kehilangan akses ke sumber daya alam atau tempat tinggal mereka.

Selain itu, dalam beberapa kasus, pembebasan tanah dapat menyebabkan dampak lingkungan yang serius, seperti kerusakan habitat alami, pencemaran lingkungan, atau perubahan iklim. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk mempertimbangkan secara cermat perizinan dampak lingkungan dari setiap proyek pembangunan dan mencari solusi untuk meminimalkan kerusakan yang mungkin timbul terutama wilayah kehutanan.

Disamping itu banyak dari para Oknum masyarakat yang menuntut lahan kepemilikannya karena merasa mempunyai Alas Hak yang mereka miliki adalah benar maka munculnya sengketa alas Hak antara sesama Masyaratkat yang merasa memiliki alas hak tersebut. Tak urung sengketa alas Hak tersebut antara Masyarakat yang memiliki Alas Hak dengan Perusahaan (Permasalahan Sengketa Alas Hak).

Di tengah kompleksitas dan kontroversi yang melingkupi pembebasan tanah untuk pembangunan kepentingan umum, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk melibatkan pemilik lahan dan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan. Keterlibatan mereka tidak hanya dapat membantu mengidentifikasi masalah-masalah potensial dan menemukan solusi yang lebih baik, tetapi juga dapat meningkatkan legitimasi dan penerimaan terhadap proyek-proyek pembangunan yang dilaksanakan.

Dengan demikian, meskipun pembebasan tanah untuk pembangunan kepentingan umum seringkali menimbulkan kontroversi dan konflik, dengan pendekatan yang tepat dan keterlibatan aktif dari semua pihak terkait, proyek-proyek pembangunan tersebut dapat dilaksanakan dengan lebih efisien dan berdampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan.

Unspash.com karya mufid-majnun
Unspash.com karya mufid-majnun

Aturan-aturan yang menaungi pembebasan lahan untuk pembangunan kepentingan umum tersebut merupakan instrumen penting untuk melindungi hak-hak individu dan kelompok masyarakat serta memastikan proses pembebasan lahan dilakukan secara adil dan transparan. Meskipun masih terdapat tantangan dan kontroversi dalam implementasinya, penting bagi Pihak Pemerintah dan Pihak terkait untuk terus memperbaiki guna memperkuat aturan-aturan tersebut yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan individu atau kelompok tertentu.

Penutup

Salah satu aspek kunci dalam pembebasan tanah adalah perlunya aturan yang jelas dan ketentuan yang adil untuk melindungi hak-hak individu serta kelompok masyarakat. Aturan ini tidak hanya memastikan transparansi dalam proses pembebasan lahan, tetapi juga mengatur kompensasi yang wajar bagi pemilik tanah yang terkena dampak. Namun, implementasi aturan sering kali menimbulkan tantangan, terutama terkait dengan ketidaksetaraan kekuasaan antara pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan lahan dan pengembang proyek dengan pemilik tanah atau masyarakat lokal yang terkena dampak. Dalam pembebasan tanah, prinsip "lex specialis derogat lex generali" menjadi relevan. Artinya, ketentuan hukum khusus mengesampingkan ketentuan hukum umum yang lebih umum atau umumnya berlaku. Dalam hal ini, undang-undang yang mengatur secara spesifik mengenai pembebasan tanah akan diutamakan dibandingkan undang-undang yang lebih umum. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kepentingan individu atau kelompok tidak terabaikan dalam proses pembebasan tanah. Aturan yang khusus dapat menyesuaikan perkembangan dengan apa yang dibutuhkan masyarakat dalam proses Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum.

Kompensasi (Uang Ganti Kerugian) yang diberikan kepada pemilik tanah adalah salah satu aspek penting dalam pembebasan tanah. Meskipun aturan menetapkan kriteria untuk perhitungan kompensasi. Dalam praktiknya, kompensasi yang diberikan sering kali tidak memadai atau tidak mencerminkan nilai sebenarnya dari properti yang mereka miliki. Hal ini sering menjadi sumber ketidakpuasan dan dapat menimbulkan konflik antara pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan lahan dengan pemilik tanah. Oleh karena itu, penting bagi Pemerintah atau pihak yang membutuhkan lahan untuk menurunkan Tim penilai yang berkompeten agar mendapatkan hasil penilaian yang cermat dan adil terhadap nilai tanah dan bangunan yang terkena dampak. Selain itu, pada prosesnya pembebasan tanah juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Proses tersebut dapat menyebabkan kerusakan habitat alami Ketika ditinjau dari sisi lingkungan hidup, pencemaran lingkungan dan perubahan iklim. Oleh karena itu, perlindungan lingkungan harus menjadi perhatian utama dalam setiap proses pembebasan tanah. Diperlukan aturan yang kuat untuk memastikan bahwa dampak negatif terhadap lingkungan dapat diminimalkan dan langkah-langkah mitigasi yang tepat dapat diimplementasikan.

Dalam menghadapi tantangan ini, keterlibatan masyarakat lokal menjadi kunci. Melibatkan pemilik tanah dan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan tidak hanya dapat meningkatkan legitimasi dan penerimaan terhadap proyek-proyek pembangunan, tetapi juga membantu mengidentifikasi masalah-masalah potensial dan menemukan solusi yang lebih baik. Partisipasi aktif masyarakat juga dapat memperkuat kontrol sosial terhadap proses pembebasan tanah dan mendorong transparansi dan akuntabilitas dari pihak-pihak yang terlibat agar tidak terjadi penyimpangan dalam prosesnya.

Secara keseluruhan, pembebasan tanah untuk pembangunan kepentingan umum adalah proses yang kompleks dan sering kali menimbulkan konflik dan kontroversi. Namun, dengan pendekatan secara negosiasi yang tepat dan keterlibatan aktif dari semua pihak terkait proses tersebut dapat dilakukan dengan lebih efisien dan berdampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan. Tidak hanya aturan-aturan mengenai Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum saja tapi Perlindungan hak-hak individu, penilaian kompensasi yang adil, mitigasi dampak lingkungan dan partisipasi masyarakat merupakan kunci untuk memastikan bahwa pembebasan tanah dilakukan dengan berkeadilan dan berkelanjutan. Kesimpulannya adalah pembebasan tanah untuk pembangunan kepentingan umum sebagai proses yang kompleks dengan dampak yang signifikan bagi masyarakat dengan dampak lingkungan dari efek pembangunan.

unspash.com karya Ilham-adianyah
unspash.com karya Ilham-adianyah
Kolom Komentar