Pojok Hukum
Membentuk Mentalitas Pekerja Sang Juara pada Hari Buruh di Indonesia
Membentuk Mentalitas sang Juara Pada hari buruh di Indonesia.
Oleh : Hata Geronimo Biegmansyah,S.H.,C.Med.
Saya berdiri di sebuah stadion megah untuk menyaksikan pertandingan yang sangat menarik dan saya ingin menyaksikan tim saya dengan kemenangan yang tentu saja ingin saya saksikan. Ada juga yang menyaksikan pertandingan Sepak Bola hari itu melalui televisi tentu saja yang bukan berbayar. Kita merupakan kaum pencari gratisan namun berkualitas tinggi. Itu merupakan aspek yang memiliki pertimbangan terhadap kehidupan tentunya.
Saya adalah kaum buruh, saya bekerja untuk menghasilkan pundi-pundi demi menafkahi keluarga. Dengan segenap pikiran yang membelenggu akan pengeluaran dan pemasukan tidak seimbang. Hari-hari saya lalui dengan dedikasi yang tidak terbatas dan tidak perlu ada yang terbantahkan untuk mengejar pekerjaan di depan mata. Ada yang mengejar target, ada juga yang tidak perlu target namun harus diselesaikan. Terkadang saya merasakan pulang dengan angin malam yang menemani dalam perjalanan. Namun, Kembali lagi kebutuhan yang saya jalani meskipun lebih besar pengeluaran dari pada pemasukan itu merupakan hal yang biasa terjadi di kehidupan Saya.
Seperti mengajar sesuatu namun tidak deiketahui apa yang dikejar karena penghasilan kami kaum buruh begitu saja. Bahkan upah kami masih ada yang dibawah UMR (Upah Minimum Regional). Bukan karena gaya hidup kami yang tinggi karena kehidupan di Negara ini semakin naik namun Koorporasi tidak memahami itu. Kami hanya mengandalkan tenaga kami untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.
Bagi banyak dari kami, mencari keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan merupakan perjuangan yang tiada akhir. Kami berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, namun terkadang merasa seperti mengajar sesuatu tanpa tahu apa yang kami kejar, karena penghasilan kami sebagai buruh seringkali tidak mencukupi. Bahkan, banyak di antara kami yang masih menerima upah di bawah standar UMR (Upah Minimum Regional), menambah beban ekonomi yang sudah berat.
Membangun Mentalitas Sang Juara di Tengah Keterbatasan
Meskipun dihadapkan pada keterbatasan-keterbatasan ini kaum buruh terus berjuang dan bertahan. Mentalitas sang juara tidak hanya relevan di gelnggang olahraga, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan sehari-hari kami. Ini adalah mentalitas yang menggerakkan kami untuk tetap kuat dan tegar di tengah-tengah segala rintangan yang kami hadapi
1. Visi Keseimbangan Keuangan:
Kami mungkin tidak memiliki visi yang jelas tentang kesuksesan finansial seperti seorang pengusaha, tetapi kami memiliki visi untuk menciptakan keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan. Visi ini memandu kami dalam pengelolaan keuangan sehari-hari dan mendorong kami untuk terus berusaha meningkatkan pendapatan kami.
Memang benar pada kenyataannya Pada Pancasila yaitu Sila Ke Lima “Keadilan Soial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, merupakan akar dari terbentunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga kerjaan. Undang-undang ketenagakerjaan Pasal 4 huruf d juga menjelaskan tujuan dari terbentuknya Undang-undang tersebut adalah “meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya”, kami memang merasa sejahtera namun belum terjadi peningkatan sesuai dengan keinginan undang-undang tersebut.
Kami bekerja berpacu dengan waktu, terkadang ada juga dari kami mengambil pekerjaan sampingan demi menutupi kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kami.
2. Komitmen untuk Keluarga :
Salah satu pendorong utama di balik kerja keras kami sebagai buruh adalah komitmen kami untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga kami. Setiap langkah yang kami ambil, setiap usaha yang kami lakukan, merupakan bentuk dari komitmen kami untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
3. Optimisme dalam Keterbatasan:
Meskipun kami mungkin terbatas dalam hal sumber daya finansial, kami tetap optimis bahwa kami dapat mengatasi segala rintangan yang kami hadapi. Kami percaya bahwa dengan kerja keras dan ketekunan, kami dapat mencapai segala hal yang kami impikan, meskipun butuh waktu dan pengorbanan.
4. Kesabaran dan Ketahanan dalam Perjuangan:
Kami telah belajar untuk bersabar dan bertahan dalam perjuangan kami. Kami menyadari bahwa perubahan tidak akan terjadi dalam semalam, dan bahwa kesuksesan membutuhkan waktu dan kerja keras. Namun, kami tetap teguh dalam keyakinan kami bahwa setiap langkah kecil yang kami ambil membawa kami lebih dekat ke tujuan kami.
5. Kemandirian dan Kreativitas:
Di tengah-tengah keterbatasan sumber daya, kami belajar untuk menjadi mandiri dan kreatif dalam mencari solusi. Kami tidak menyerah begitu saja di hadapan rintangan, tetapi terus mencari cara untuk mengatasi tantangan yang kami hadapi.
Menciptakan Perubahan di Hari Buruh
Di Hari Buruh, meskipun saat kita merayakan kontribusi kaum buruh dalam membangun masyarakat dan ekonomi, kita juga harus mengakui dan memperingati mentalitas sang juara yang terus menggerakkan mereka maju. Bagaimana kita bisa merayakan dan membangun mentalitas ini di tengah-tengah keterbatasan yang mereka hadapi?
1. Penghargaan dan Pengakuan:
Berikanlah penghargaan kepada para buruh yang telah menunjukkan mentalitas sang juara dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini bisa berupa apresiasi dari pemerintah berupa peraturn yang mengangkat taraf hidup kami, perusahaan tempat mereka bekerja berupa penghasilan yang layak, atau bahkan dari masyarakat secara luas dengan cara mendukung setiap langkah kami.
2. Pemberdayaan Ekonomi:
Dukung program-program yang memberdayakan kaum buruh untuk menjadi lebih mandiri secara ekonomi. Ini bisa berupa pelatihan keterampilan, akses ke modal usaha, atau dukungan untuk memulai bisnis kecil.
3. Pendidikan Keuangan:
Sosialisasikan pentingnya pendidikan keuangan di kalangan kaum buruh, sehingga mereka dapat mengelola keuangan mereka dengan lebih bijaksana dan efisien. Ini dapat membantu mereka mengatasi tantangan finansial yang mereka hadapi dan menciptakan stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.
4. Solidaritas dan Kepedulian Sosial:
Bangun solidaritas dan kepedulian sosial di antara masyarakat untuk mendukung kaum buruh dalam perjuangan mereka. Ini bisa berupa dukungan emosional, bantuan finansial, atau aksi advokasi untuk meningkatkan hak dan kesejahteraan buruh secara keseluruhan.
Penutup
Malam itu saya menonton sepak bola dan hasilnya adalah kekalahan yang tidak terduga. Lalu seperti kekalahan – kekalahan sebelumnya, kami menyalahkan kecurangan wasit yang tidak cermat mengawasi jalannya pertandingan karena rasa kecintaan kami terhadap bangsa Indonesia ini. Kami adalah ebagian kecil anak bangsa yang harus berjuang demi hidup kami di negara kami tercinta. Begitu juga sepak bola, menang kalah adalah hal biasa namun menerima kekalahan dan euphoria tidak berebihan Ketika menang adalah kunci menghargai diri sendiri dan orang lain yang mengalami kekalahan. Selamat Hari Buruh…
Note : Penulis menceritakan dari sudut pandang penulis *